BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Rahim merupakan jaringan otot
yang kuat terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan rectum.
Dibelakang dan di didnding depan rahim dan bagian atas rahim tertutup
peritoneum. Sedangkan bagian bawahanya berhubungan dengan kandung kemih. Untuk
mempertahankan posisinya rahim disanggah oleh beberapa ligametum, jaringan ikat
dan parametrium.
Histerektomi adalah merupakan
prosedur operasi mayor yang paling sering dilakukan dalam bidang ginekologi,
Histerektomi memiliki rentang indikasi yang sangat luas. Sangat sulit dalam
menentukan indikasi yang jelas dalam melakukan tindakan histerektomi. rata-rata
angka komplikasi sangat bervariasi tergantung dari rute histerektomi. Rata-rata
komplikasi yang paling rendah adalah simpel vaginal histerektomi. Histerektomi
laparoskopi, sama seperti prosedur laparoskopi lainnya sangat berhubungan
dengan dengan komplikasi prosedurnya sendiri
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian
diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah gambaran pengetahuan mengenai Asuhan
Keperawatan pada pasien Histerektomi.
C. Tujuan
Tujuan
Umum
Untuk memperoleh
gambaran pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan dengan pasien Histerektomi
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami tentang :
1.
Pengertian Histerektomi
2.
Etiologi Histerektomi
3.
Indikasi dan
Kontraindikasi Histerektomi
4.
Jenis Operasi Histerektomi
5.
Pemeriksaan Diagnostik
6.
Teknik oprasi
histerektomi
7.
Prosedur
histerektomi
8.
Efek samping dan
komplikasi
9.
Penatalaksanaan
10. Pemulihan dan diet pasca oprasi
11. Asuhan
keperawatan pada pasien dengan histerektomi
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN HISTEREKTOMI
A. Definisi
Histerektomi adalah bedah pengangkatan
organ reproduksi internal wanita, diklasifikasikan menurut organ yang diangkat.
Histerektomi subtotal mencakup pengangkatan hanya uterus, histerektomi total,
pengangkatan uterus dan ujung servikal; salpingektomi, pengangkatan struktur
ini ditambah dengan tuba fallopi; ooforektomi pengangkatan uterus; servik, tuba
fallopian, dan ovarium. Pembedahan dilakukan melalui insisi abdomen bawah atau
melalui vagina.
B.
Etiologi
- Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan pada kandung kencing.
- Endometriosis, dimana dinding rahim bagian dalam seharusnya tumbuh di rahim saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium), tuba Fallopi, atau organ perut dan rongga panggul lainnya.
- Prolapsus uteri, yaitu keluarnya kandungan melalui vagina.
C.
Indikasi
& Kontra Indikasi
Indikasi:
a.
Ruptur uteri
b.
Perdarahan yang tidak
dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada, misalnya pada :
1)
Atonia uteri
2)
Afibrinogenemia atau
hipofibrinogenemia pada solusio plasenta dan lainnya.
3)
Couvelaire
uterus tanpa kontraksi.
4)
Arteri uterina
terputus.
5)
Plasenta inkreta dan
perkreta.
6)
Hematoma yang luas pada
rahim.
c.
Infeksi intrapartal
berat.
d.
Pada keadaan ini
biasanya dilakukan operasi Porro, yaitu uterus dengan isinya diangkat
sekaligus.
e.
Uterus miomatosus yang
besar.
f.
Kematian janin dalam
rahim dan missed abortion dengan kelainan darah.
g.
Kanker leher rahim.
Kontra Indikasi
a.
Atelektasis
b.
Luka infeksi
c.
Infeksi saluran kencing
d.
Tromoflebitis
e.
Embolisme paru-paru.
f.
Terdapat jaringan
parut, inflamasi, atau perubahan endometrial pada adneksa
g.
Riwayat laparotomi
sebelumnya (termasuk perforasi appendix) dan abses pada cul-de-sac Douglas
karenadiduga terjadi pembentukan perlekatan.
D.
Jenis Operasi Histerektomi
1. Histerektomi
parsial (subtotal)
Pada histerektomi jenis
ini, rahimn diangkat, tetapi mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena
itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim sehingga masih perlu
pemeriksaan pap smear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin.
2. Histerektomi
total
Pada histerektomi ini,
rahim dan mulut rahim diangkat secara keseluruhan.
Keuntungan dilakukan
histerektomi total adalah ikut diangkatnya serviks yang menjadi sumber
terjadinya karsinoma dan prekanker. Akan tetapi, histerektomi total lebih sulit
daripada histerektomi supraservikal karena insiden komplikasinya yang lebih
besar.
Operasi dapat dilakukan
dengan tetap meninggalkan atau mengeluarkan ovarium pada satu atau keduanya.
Pada penyakit, kemungkinan dilakukannya ooforektomi unilateral atau bilateral
harus didiskusikan dengan pasien. Sering kali, pada penyakit ganas, tidak ada
pilihan lain, kecuali mengeluarkan tuba dan ovarium karena sudah sering terjadi
mikrometastase.
Berbeda dengan
histerektomi sebagian, pada histerektomi total seluruh bagian rahim termasuk
mulut rahim (serviks) diangkat. Selain itu, terkadang histerektomi total juga
disertai dengan pengangkatan beberapa organ reproduksi lainnya secara
bersamaan. Misalnya, jika organ yang diangkat itu adalah kedua saluran telur
(tuba falopii) maka tindakan itu disebut salpingo. Jika organ yang diangkat
adalah kedua ovarium atau indung telur maka tindakan itu disebut oophor. Jadi,
yang disebut histerektomi bilateral salpingo-oophorektomi adalah pengangkatan
rahim bersama kedua saluran telur dan kedua indung telur. Pada tindakan
histerektomi ini, terkadang juga dilakukan tindakan pengangkatan bagian atas
vagina dan beberapa simpul (nodus) dari saluran kelenjar getah bening, atau
yang disebut sebagai histerektomi radikal (radical hysterectomy).
Ada banyak gangguan
yang dapat menyebabkan diputuskannya tindakan histerektomi. Terutama untuk
keselamatan nyawa ibu, seperti pendarahan hebat yang disebabkan oleh adanya
miom atau persalinan, kanker rahim atau mulut rahim, kanker indung telur, dan
kanker saluran telur (falopi). Selain itu, beberapa gangguan atau kelainan
reproduksi yang sangat mengganggu kualitas hidup wanita, seperti miom atau
endometriosis dapat menyebabkan dokter mengambil pilihan dilakukannya
histerektomi.
3. Histerektomi
dan salfingo-ooforektomi bilateral
Histerektomi ini
mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii, dan kedua ovarium.
Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan penderita seperti menopause meskipun
usianya masih muda.
4. Histerektomi
radikal
Histerektomi ini
mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan kelenjar limfe disekitar kandungan.
Operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan
nyawa penderita.
F.
Pemeriksaan
Diagnostik
1.
USG
Untuk menentukan jenis
tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan adnexa dalam rongg
apelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.
Untungnya leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya
dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnose jaringan.
2.
Foto BNO/IVP
pemeriksaan ini penting untuk menilai masaa di rongga pelvis serta menilai
fungsi ginjal dan perjalanan ureter
3.
Histerografi dan
histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.
4.
Laparoskopi untuk
mengevaluasi massa pada pelvis
5.
Laboratorium, darah lengkap,
urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum, kreatinin darah.
6.
Tes kehamilan
7.
D/K (dilatasi dan
kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan untuk menyingkirkan
kemungkinan patologi pada rahim (hyperplasia atau adenokarsinoma endometrium).
G.
Teknik
Operasi Histerektomi
Pilihan teknik
pembedahan tergantung pada indikasi pengangkatan uterus, ukuran uterus,
lebarnya vagina, dan juga kondisi pendukung lainnya. Lesi prekanker dari
serviks, uterus, dan kanker ovarium biasanya dilakukan histerektomi abdominal,
sedangkan pada leimioma uteri, dilakukan histerektomi abdominal jika ukuran
tumor tidak memungkinkan diangkat melalui histerektomi vaginal. 1
1.
Histerektomi abdominal
Pengangkatan kandungan dilakukan
melalui irisan pada perut, baik irisan vertikal maupun horisontal
(Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini adalah dokter yang melakukan operasi dapat
melihat dengan leluasa uterus dan jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup ruang
untuk melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada mioma
yang berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus. Kekurangannya, teknik
ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang lebih berat, menyebabkan masa
pemulihan yang lebih panjang, serta menimbulkan jaringan parut yang lebih
banyak.
2.
Histerektomi vaginal
Dilakukan melalui irisan kecil pada
bagian atas vagina. Melalui irisan tersebut, uterus (dan mulut rahim)
dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya kemudian dikeluarkan
melalui vagina. Prosedur ini biasanya digunakan pada prolapsus uteri.
Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak
ada jaringan parut yang tampak.
3.
Histerektomi laparoskopi
Teknik ini ada dua macam yaitu
histeroktomi vagina yang dibantu laparoskop (laparoscopically assisted vaginal
hysterectomy, LAVH) dan histerektomi supraservikal laparoskopi (laparoscopic
supracervical hysterectomy, LSH). LAVH mirip dengan histerektomi vagnal, hanya
saja dibantu oleh laparoskop yang dimasukkan melalui irisan kecil di perut
untuk melihat uterus dan jaringan sekitarnya serta untuk membebaskan uterus
dari jaringan sekitarnya. LSH tidak menggunakan irisan pada bagian atas vagina,
tetapi hanya irisan pada perut. Melalui irisan tersebut laparoskop dimasukkan.
Uterus kemudian dipotong-potong menjadi bagian kecil agar dapat keluar melalui
lubang laparoskop. Kedua teknik ini hanya menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan
yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut. Tindakan pengangkatan rahim
menggunakan laparoskopi dilakukan menggunakan anestesi (pembiusan) umum atau
total. Waktu yang diperlukan bervariasi tergantung beratnya penyakit, berkisar
antara 40 menit hingga tiga jam. Pada kasus keganasan stadium awal, tindakan
histerektomi radikal dapat pula dilakukan menggunakan laparoskopi. Untuk ini
diperlukan waktu operasi yang relatif lebih lama. Apabila dilakukan
histerektomi subtotal, maka jaringan rahim dikeluarkan menggunakan alat khusus
yang disebut morcellator sehingga dapat dikeluarkan melalui llubang 10
mm.Apabila dilakukan histerektomi total, maka jaringan rahim dikeluarkan
melalui vagina, kemudian vagina dijahit kembali. Operasi dilakukan umumnya
menggunkan empat lubang kecil berukuran 5‐
10 mm, satu di pusar dan tiga di perut bagian bawah.
H.
Prosedur
Histerektomi
Persiapan Pre Operasi 1 hari sebelum operasi
1.
Persiapan urogenital
Dilakukan pengosongan
kandung kemih dengan kateterisasi nkandung kemih.
2.
Obat-obat Premedikal
Yaitu penyuntikan pengantar
pada pendrita yang sudah ditentukan oleh ahli bius
3.
Bahan yang harus dibawa
bersama pasien ke kamar operasi
a.
Status klien
b.
Hasil-hasil
laboratorium
4.
Persiapan psikologis
a.
Pasien dan keluarga
perlu diberi kesempatan bertanya mengenai fungsi reproduksi dan seksnya.
b.
Beri penjelasan tentang
operasi histerektomi yang akan dilakukannya.
5.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan
a.
Cek gelang identitas
b.
Lepas tusuk konde, wig,
tutup kepala dengan mitella.
c.
Lepaskan perhiasan,
cincin dan jam tangan.
d.
Bersihkan cat kuku
e.
Lepaskan kontak lens
f.
Alat bantu pendengaran
dapat dipasang bila pasien tidak dapat mendengarkan tanpa alat.
g.
Pasang kaos kaki anti
emboli bila pasien resiko tingi terhadap syok.
h.
Ganti pakaian operasi
6.
Transportasi ke kamar
operasi
Perawat menerima status
pasien, memeriksa gelang pengenal, menandatangani inform concent, pasien
dilindungi dari kedinginan dengan memberi selimut katun.
Persiapan Operasi
1.
Inform Concent
Surat persetujuan
kepada pasien dan keluarga mengenai pemeriksaan sebelum operasi, alasan,
tujuan, jenis operasi, keuntungan dan kerugian operasi.
2.
Puasa
Pada operasi kecil, tidak perlu ada
perawatan khusus. Hanya perlu puasa beberapa jam sebelum operasi dan makan
makanan ringan yang mudah dicerna malam hari sebelumnya. Pada operasi besar,
pada hari akan dilakukan operasi, pasien hanya mendapatkan terapi cairan saja.
Pada persiapan praoperatif penderita malnutrisi, juga diberikan hiperalimentasi
per oral atau intravena.
3.
Persiapan usus,
persiapan usus praoperatif berguna untuk hal-hal berikut:
a.
Pengurangan isi gastrntestinal
memberi ruang tambahan pada pelvis dan abdomen sehingga memperluas lapangan
operasi.
b.
Pengurangan jumlah
flora patgen pada usus menurunkan resiko infeksi pascaoperasi
Cedera usus saat pembedahan tidak selalu
berhasil untuk dihindari, terutama sering terjadi pada pasien yang menjalani
operasi karsinoma, endometriosis, penyakit peradangan pelvis, pasien dengan
prosedur pembedahan berulang atau penyakit peradangan usus.
4.
Persiapan kulit
Persiapan kulit disarankan untuk
dilakukan pada area
pembedahan, bukan karena takut terjadi kontaminasi, akan tetapi lebih karea
alasan teknis. Pasien dicukur hanya pada area disekitar insisi. Pencukuran
sebaiknya dilakukan segera sebelum operasi, untuk mengurangi resiko infeksi
pasca perasi. Membersihkan kulit dengan sabun antiseptic pada malam hari
sebelum operasi atau pagi hari dapat mengurangi frekuensi infeksi luka
pascaoperasi.
5.
Persiapan vagina
Apabila terdapat infeksi vagina,
sebaiknya diterapi sebelum operasi. Vaginosis bacterial dapat diterapi dengan
metrodinazole atau krim klindamisin 2%. Pada wanita pasca menopause dengan atrofi mucosa vagina, krim estrogen
meningkatkan penyembuhan luka setelah operasi vagina. Segera sebelum operasi,
vagina dibersihkan dengan larutan antisepsis, seperti iodine PVB, chlorhexidine
atau octenidindil-hydricloride.
6.
Persiapan kandung
kencing dan ureter
Segera sebelum pemeriksaan di bawah
anestesi,kandung kencing dikosngkan dengan kateterisasi. Jik akan dilakukan
operasi denga durasi lama, sebelumnya dipasang kateter folley.
Prosedur Histerektomi
Histerektomi dapat
dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah atau vagina, dengan atau tanpa
laparoskopi. Histerektomi lewat perut dilakukan melalui sayatan melintang
seperti yang dilakukan pada operasi sesar. Histerektomi lewat vagina dilakukan
dengan sayatan pada vagina bagian atas. Sebuah alat yang disebut laparoskop
mungkin dimasukkan melalui sayatan kecil di perut untuk membantu pengangkatan
rahim lewat vagina. Histerektomi
vagina lebih baik dibandingkan histerektomi abdomen karena lebih kecil
risikonya dan lebih cepat pemulihannnya. Namun demikian, keputusan melakukan
histerektomi lewat perut atau vagina tidak didasarkan hanya pada indikasi
penyakit tetapi juga pada pengalaman dan preferensi masing-masing ahli bedah. Histerektomi adalah
prosedur operasi yang aman, tetapi seperti halnya bedah besar lainnya, selalu
ada risiko komplikasi. Beberapa diantaranya adalah pendarahan dan penggumpalan
darah (hemorrgage/hematoma) pos operasi, infeksi dan reaksi abnormal terhadap
anestesi.
I.
Efek
Samping dan Komplikasi
1.
Efek
Samping
Efek samping yang utama
dari histerektomi adalah bahwa seorang wanita dapat memasuki masa menopause
yang disebabkan oleh suatu operasi, walaupun ovariumnya masih tersisa utuh.
Sejak suplai darah ke ovarium berkurang setelah operasi, efek samping yang lain
dari histerektomi yaitu akan terjadi penurunan fungsi dari ovarium, termasuk
produksi progesterone.
Efek samping Histerektomi
yang terlihat :
a.
Perdarahan
intraoperatif
Biasanya tidak terlalu jelas, dan ahli
bedah ginekologis sering kali kurang dalam memperkirakan darah yang hilang
(underestimate). Hal tesebut dapat terjadi, misalnya, karena pembuluh darah
mengalami retraksi ke luar dari lapangan operasi dan ikatannya lepas
b.
Kerusakan pada kandung
kemih
Paling sering terjadi karena langkah
awal yang memerlukan diseksi untuk memisahkan kandung kemih dari serviks
anterior tidak dilakukan pada bidang avaskular yang tepat.
c.
Kerusakan ureter
Jarang dikenali selama histerektomi
vaginal walaupun ureter sering kali berada dalam resiko kerusakan. Kerusakan
biasanya dapat dihindari dengan menentukan letak ureter berjalan dan menjauhi
tempat tersebut.
d.
Kerusakan usus
Dapat terjadi jika loop usus menempel
pada kavum douglas, menempel pada uterus atau adneksa. Walaupun jarang,
komplikasi yang serius ini dapat diketahui dari terciumnya bau feses atau
melihat material fekal yang cair pada lapangan operasi. Pentalaksanaan
memerlukan laparotomi untuk perbaikan atau kolostomi
e.
Penyempitan vagina yang
luas
Disebabkan oleh pemotongan mukosa vagina
yang berlebihan. Lebih baik keliru meninggalkan mukosa vagina terlalu banyak
daripada terlalu sedikit. Komplikasi ini memerlukan insisi lateral dan packing
atau stinit vaginal, mirip dengan rekonstruksi vagina.
2.
Komplikasi
a.
Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan
dari pembuluh darah yang biasanya terjadi dengan cepat dan dalam jumlah yang
banyak. Keadaan ini diklasifikasikan dalam sejumlah cara yaitu, berdasarkan
tipe pembuluh darah arterial, venus atau kapiler, berdasarkan waktu sejak
dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam waktu 24 jam ketika
tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10 hari sesudah kejadian dengan
disertai sepsis sekunder, perdarahan bisa interna dan eksterna.
b.
Thrombosis vena
Komplikasi hosterektomi
radikal yang lebih jarang terjadi tetapi membahayakan jiwa adalah thrombosis
vena dalam dengan emboli paru-paru, insiden emboli paru-paru mungkin dapat
dikurangi dengan penggunaan ambulasi dini, bersama-sama dengan heparin subkutan
profilaksis dosis rendah pada saat pembedahan dan sebelum mobilisasi sesudah
pembedahan yang memadai.
c.
Infeksi
Infeksi oleh karena
adanya mikroorganisme pathogen, antitoksinnya didalam darah atau jaringan lain
membentuk pus.
d.
Pembentukan fistula
Saluran abnormal yang
menghubungkan 2 organ atau menghubungkan 1 organ dengan bagian luar. Komplikasi
yang paling berbahaya dari histerektomi radikal adalah fistula atau striktura
ureter. Keadaan ini sekarang telah jarang terjadi, karena ahli bedah
menghindari pelepasan ureter yang luas dari peritoneum parietal, yang dulu bisa
dilakukan. Drainase penyedotan pada ruang retroperineal juga digunakan secara
umum yang membantu meminimalkan infeksi.
Pencegahan komplikasi
a.
Pencegahan perlekatan
Perlekatan dapat dicegah dengn cara
manipulasi jaringan secara lembut dan hemostasis yang seksama. Untuk
mempertahankan integritas serosa usus, pemasangan tampon dgunakan apabila usus
mengalami intrusi menghalangi lapangan pandang operasi. Untuk mencegah infeksi,
darah harus dievakuasi dari kavum peritonei. Hal ini dapat dilakukan dengan mencuci
menggunakan larutan RL dan melakukan reperitonealisasi defek serosa dengan
hati-hati
b.
Drainase
Pada luka bersih (aseptic), pemasangan
drain untuk mengevakuasi cairan yang berasal dari sekresi luka dan darah
berguna untuk mencegah infeksi. Pada luka terinfeksi pemasangan drain dapat
membantu evakuasi pus dan sekresi luka dan menjaga luka tetap terbuka. System
drainase ada yang bersiat pasif (drainase penrose), aktif (drainase suction) da
juga ada yang bersiat terbuka atau tertutup.
c.
Pencegahan thrombosis
vena dalam dan emboli
1)
Saat praoperasi, perlu
dicari faktor resiko. Usahakan menurunkan berat badan dan memperbaiki keadaan
umum pasien sampai optimal. Kontrasepsi oral harus dihentikan minimal empat
minggu sebelum operasi. Mobilisasi pasien dilakukan sedini mungkin dan
diberikan terapi fisik dan latihan paru.
2)
Upaya intraoperasi,
dilakukan hemostasis yang teliti san pencegahan infeksi. Selain itu, cegah juga
hipoksia dan hipotensi selama pembiusan. Hindari statis vena sedapat mungkin,
terutama dengan memperhatikan posisi kaki.
3)
Pada pascaoperasi,
antikoagulasi farmkologis dan fisik dilanjutkan. Upaya fisik meliputi
mobilisasi dini pada 4-6 jam pertama pascaoperasi, bersamaan dengan
fisioterapi. Disamping itu bisa juga dnegan pemakaian stocking ketat dan mengankat
kaki.
J.
Penatalaksanaan
1.
Preoperative
Setengah bagian abdomen
dan region pubis serta perineal dicukur dengan sangat cermat dan dibersihkan
dengan sabun dan air (beberapa dokter bedah tidak menganjurkan pencukuran
pasien). Traktus intestinal dan kandung kemih harus dikosongkan sebelum pasien
dibawa keruang operasi untuk mencegah kontaminasi dan cidera yang tidak sengaja
pada kandung kemih atau traktus intestinal. Edema dan pengirigasi antiseptic
biasanya diharuskan pada malam hari sebelum hari pembedahan, pasien mendapat
sedative. Medikasi praoperasi yang diberikan pada pagi hari pembedahan akan
membantu pasien rileks.
2.
Postoperative
Prinsip-prinsip umum
perawatan pasca operatif untuk bedah abdomen diterapkan, dengan perhatian
khusus diberikan pada sirkulasi perifer untuk mencegah tromboflebitis dan TVP
(perhatikan varicose, tingkatkan sirkulasi dengan latihan tungkai dan
menggunakan stoking.
K.
Pemulihan dan Diet Pasca Operasi
Pemulihan dari operasi
histerektomi biasanya berlangsung dua hingga enam minggu. Selama masa
pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak bergerak yang dapat
memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari segi makanan, disarankan
untuk menghindari makanan yang menimbulkan gas seperti kacang buncis, kacang
panjang, brokoli, kubis dan makanan yang terlalu pedas. Seperti setelah operasi
lainnya, makan makanan yang kaya protein dan meminum cukup air akan membantu
proses pemulihan.
L.
Konsep Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Data
dasar periode pra-operasi:
a. Riwayat
atau adanya faktor-faktor yag mengharuskan pembedahan
1.
Karsinoma serviks,
ovarium, atau rahim.
2.
Mioma uteri besar
(vibroid).
3.
Endometriosis berat
4.
Perdarahan uterin
disfungsional krisis (perdarahan pasca menopause, metroragia
- Gejala prolaps pada uteri
b. Pemeriksaan
fisik berdasarkan pemeriksaan umum (apendiks F) untuk menetapkan nilai dasar.
c. Kaji
perasaan dan keprihatinan pasien terhadap pembedahan serta pengetahuan mereka
mengenai kejadian dalam pra-operasi dan pasca operasi.
d. Lihat
perawatan pra-operasi dan pascaoperasi untuk rencana perawatan praoperasi
selanjutnya
Periode
pasca operasi
Pada
saat menerima pasien:
1) Laksanakan
pengkajian rutin pascaoperasi (Apendiks L)
2) Periksa
jumlah drainase pada balutan perineum
o
Intervensi dan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
I: Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri yang berhubungan dengan makna
dari kehilangan
Kriteria pengkajian
fokus
|
Makna klinis
|
1. Pemajanan
dengan orang lain yang telah menjalani histerektomi
2. Kemampuan
untuk mengungkapakan perasaan tentang histerektomi
3. Bukti
konsep diri yang negatif
4. Partisipasi
dalam perawatan diri
|
1,2 informasi ini dapat digunakan
untuk mengukur respons dan kemajuan saat ini. Diskusi dapat mendeteksi
misinformasi dan ketakutan
3. klien dengan konsep diri yang
negatif sebelumnya beresiko tinggi untuk gangguan penyesuaian
4. partisipasi dalam perawatan
diri menunjukkan untuk mnyesuaikan dengan perubahan secara positif
|
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kontak klien dengan serig dan
perlakukan klien dengan hangat, rasa homat.
|
Kontak yang sering ooleh pemberi
perawatan menunjukkan penerimaan dan memfasilitasi rasa percaya. Klien
mungkin ragu-ragu untuk mendekati staf karena konsep diri yang negatif.
|
2
|
Memadukan dukungan emosional
kedalam sesi penyuluhan perawatan teknis (misalnya: perawatan luka dan mandi)
|
Hal ini mendorong resolusi
isu-isu emosional sambil menyuluh keterampilan teknis
|
3
|
Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaannya tentag pembedahan dan persepsi tentang dampak gaya hidup.
Validasi persepsi klien dan berikan ketenangan bahwa responnya adalah normal
dan tepat
|
Saling berbagi dan mengungkapkan
perasaan memberikan kesempatan bagi perawat untuk mengkoreksi misinformasi.
Melakukan validasi terhadap persepsi klien meningkatkan kewaspadaan diri
(Webb, 1983)
|
4
|
Gantikan mitos dengan kenyataan
(misalnya:histerektomi biasanya tidak mempengaruhi respon seksual fisiologis)
|
Misinformasi menunjang terjadinya
ansietas dan ketakutan yang tidak berdasar. Memberikan informasi yang akurat
dapat membantu mengurangi stressor emosional ini
|
5
|
Diskusikan tentang pembedahan dan
efeknya pada fungsi dengan anggota keluarga atau kerabat lainnya; luruskan
semua misinformasi. Dorong klien untuk berbagi perasaan dan persepsinya
dengan mereka
|
Dukungan dari keluarga atau
kerabat lain sering kali penting untuk penerimaan perubahan pada klien dan
konsep diri yang positif (Webb 1983)
|
6
|
Rujuk klien yang beresiko tinggi
terhadap ketidakberhasilan penyesuaian untuk mendapatkan konseling
profesional
|
Terapi lanjutan untuk membantu
penyesuaian yang efektif dapat diindikasikan
|
Diagnosa II: Resiko tinggi terhadap
inefektif penatalaksanaan regimen terapetik yang berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang perawatan insisi atau perineal, tanda dan gejala
komplikasi, pembatasan aktifitas, kehilangan menstruasi, terapi hormon, dan
perawatan lanjutan
Kriteria Pengkajian Fokus
|
Makna Klinis
|
Kesiapan dan kemampuan untuk
belajar serta dan menyerap informasi
|
Klien atau keluarga yang gagal
mencapai tujuan belajar memerlukan rujukan untuk mendapat bantuan setelah
pulang
|
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Diskusikan perkiraan untuk
penyembuhan berdasarkan jenis dan luasnya pembedahan. Jelaskan bahwa
histerektomi vaginal umumnya memberikan penyembuhn yang lebih cepat dan
menyebabkan lebih sedikit ketidaknyamanan postoperatif, namun mempunyai
beberapa kerugian, seperti dibawah ini:
a. Resiko
infeksi postoperatif yag lebih besar.
b. Penurunan
kemampuan (dibandingkan dengan histerektomi abdomen) untuk menghadapi
kesulitan pembedahan atau komplikasi yang tidak diperkirakan.
Jelaskan bahwa histerektomi
abdomen memungkinkan visualisasi selama pembedahan dan mempunyai
kontraindikasi yang lebih sedikit, namun mempunyai periode penyembuhan yang
lebih lama, penggunaan anastesia dan nyeri yang meningkat
|
Pemahaman perkiraan untuk
penyembuhan dapat membantu klien dan keluarga merencanakan strategi untuk
mematuhi regimen perawatan postoperatif
|
2
|
Jelaskan perawatan luka yang
tidak mengalami komplikasi (histerektomi abdomen), ajarkan klien untuk
melakukan hal berikut:
a. Mencuci
dengan sbun dan air (mandi bila mampu)
b. Mengeringkan
dengan handuk, menyibak lipatan kulit untuk memastikan pengeringan yang
sempurna.
Konsul
dengan dokter untuk perawatan luka yang terkomplikasi
|
Perawatan luka yang benar
membantu mengurangi mikroorganisme pada insisi dan mencegah infeksi
|
3
|
Jelaskan perawatan perineal (histerektomi
vagina); ajarkan klien untuk melakukan hal berikut:
a. Mempertahankan
hygien yang baik
b. Mencuci
secara menyeluruh menggunakan sabun dan air
c. Mengganti
pembalut dengan sering
d. Setelah
eliminasi, lakukan usapan dari bagian depan ke arah belakang gunakan tisu
bersih untuk setiap kali usapan
|
Perawatan perineal yang benar
mengurangi mikroorganisme disekitar perineum, meminimalkan mikroorganisme
memasuki vagina
|
4
|
Jelaskan perlunya untuk
meningkatkan aktifitas sesuai dengan toleransi
|
Aktifitas fisik, khususnya
ambulasi dini dan sering, dapat membantu mencegah atau meminimalkan kram
abdomen, keluhan umum selama penyembuhan histerektomi abdomen
|
5
|
Ajarkan klien dan keluarga untuk
memperhatikan dan melaporkan hal berikut:
a. Perubahan
drainase perineal (misalnya drainase yang tidak seperti biasa, perdarahan
merah terang, bau yang tidk enak)
b. Retensi
urin, rasa terbakar (panas), sering berkemih
c. Urin
keruh dan berbau tidak enak
d. Darah
dalam urin
e. Perubahan
fungsi usus (konstipasi, diare)
|
Karena pembuluh darah yang berlimpah
pada pelvis wanita, histerektomi membawa resiko tinggi perdarahan
postoperatif dibanding pembedahan lain. Perdarahan seringkali terjadi dalam
24 jam setelah operasi, namun resiko tinggi juga terjadi pada hari ke-4,
ke-9, dan hari ke-21 postoperatif, manakala jahitan bersatu. Sejumlah
drainase serosa yang berwarna pink, kuning, coklat atauh bahkan perdarahan
vaginal minor yang nyata (tidak lebih berat dari menstruasi normal), adalah
normal dan diperkirakan terjadi (Holden, 1983)
|
6
|
Jelaskan efek pembedahan pada
menstruasi dan ovulasi. Instruksikan klien untuk melaporkan gejala
klimakterim (pengehentian menstruasi
a. Rasa
panas
b. Sakit
kepala
c. Gelisah
d. Palpitasi
e. Letih
f. Depresi,
perasaan tidak berguna, dan reaksi emosional lainnya
|
Pengangkatan uterus (meninggalkan
ovarium secara teoritis tidak menghasilkan gejala menopaus; namun, klien
dapat mengalaminya untuk sementara, rupanya karena peningkatan kadar estrogen
akibat manipulasi bedah pada ovarium. Pengangkatan kedua ovarium secara
artivisial menginduksi menopaus, menyebabkan gejala yang lebih berat daripada
yang dialami pada kelimakterium normal. Untuk membantu mengurangi gejala ,
bagian ovarium seringkali dibiarkan di tempatnya kecuali jadi
kontraindikasi.terapi estrogen mengurangi gejala dan dapat diindikasikan
kecuali kasus-kasus keganasan
|
7
|
Jelaskan pembatasan aktivitas;
ajarkan klien untuk melakukan hal-hal berikut:*
a. Terjadi
keletihan dan kelemahan selama periode pemulihan
b. Delegasikan
tugas kepada orang lain (misalnya menyapu atau mengangkat) minimal selama 1
bulan
c. Berjalan
dan sikap sedang, secara bertahap tingkatkan jarak dan langkah
d. Memulai
mengemudi 2minggu setelah pembedahan, jika mobil dilengkapi dengan transmisi
otomatis
e. Hindari
duduk dalam waktu yang lama
|
Istirahat yang cukup memungkinkan
tubuh untuk memperbaiki jaringan akibat bedah. Berjalan meningkatkan kekuatan
dan daya tahan otot, mempercepat pemulihan. Duduk dalam waktu lama dapat
menyebakan kongestiv pelvik dan pembentukan trombosis
|
8
|
Galih kekhawatiran klien mengenai
dampak pembedahan pada perasaan dan fungsi seksual. Jelaskan bahwa klien
harus mampu untuk memulai kembali hubungan seksual kapan saja dari 3 minggu
(dengan histerektomi vagina untuk sampai 16 minggu setelah pembedahan;
konfirmasikan kerangka waktu yang spesifik dengan dokter.
|
Pada kebanyakan kasus,
histerektomi tidak mempengaruhi respon atau fungsi seksual. Selama hingga
sampai 4bulan setelah pembedahan, hubungan seksual menimbulkan nyeri karena
sakit pada abdomen dan menyusutan sementara vagina. Hubungan seksual membantu
meregangkan dinding vagina dan
akhirnya mengurangi ketidaknyamanan (well, 1985)
|
9
|
Jika dilakukan histerektomi
subtotal, jelaskan bahwa menstruasi dapat berlanjut karena bagian uterus dan
lapisan endometrium tetap ada.
|
Penjelasan apa yang diperkirakan
dari pembedahan dapat membantu mengurangi kecemasan yang berhubungan dengan
ketidaktahuan dan memungkinkan kopping yang efektif (redman, 1992)
|
10
|
Jelaskan bahwa pengangkatan
uterus total mencegah kehamilan dan mengakibatkan berhentinya menstruasi,
namun sela bagian ovarium tetap ada,
klien dapat mengalami gejala premenstrual setiap bulan seperti gembung
dan kram abdomen.
|
|
11
|
Jika terapi penggantian histogen
diindikasikan, diberikan penyuluhan.
a. Jelaskan
bahwa estrogen diberikan dalam dosis rendah berdasarkan siklus 5 hari
diberikan 2 hari distop-sampai kelien mencapai usia menopouse rata-rata
b. Diskusikan
rasional terapi: untuk memberikan perasaan tenang untuk menurunkan resiko
penyakit kardiovaskuler, untuk menurunkan osteoporosis.
c. Jelaskan
resiko yang berhubungan dengan terapi.
d. Ajarkan
klien untuk melaporkan hal-hal berikut:
1) Perubahan
suasana hari, khususnya depresi
2) Tanda
dan gejala tromboplebitis (hangat dan nyeri pada betis, nyeri abdomen, dan
nyeri, baal atau kekakuan pada kaki dan bokong).
3) Retensi
cairan yang berlebihan
4) Ikterik
5) Mual
dan muntah yang hebat
6) Pening,
sering sakit kepala
7) Rambut
rontok
8) Gangguan
penglihatan
9) Benjolan
pada payudara
e. Jelaskan
perlunya kunjungan tindak lanjut (setidaknya setiap tahun dan pemeriksaan
mandiri payudara setiap bulan
|
Pemahaman klien tentang terapi
estrogen dapat mendorong kepatuhan dengan regimen yang ditentukan (maddox,
1992)
Sebuah penelitian tentang efek
jangka panjang pemakaian estrogen menemukan penurunan angka kematian akibat
infark miocard, namun menemukan peningkatan insiden kanker payudara (meskipun
menurun pada angka kematian yang berhubungan dengan kanker payudara) dan
osteoporosis. Wanita nulipara ditemukan berisin petinggi terhadap kanker
payudara selama 10tahun pertama terapi. Wanita berumur di atas 55 tahun dan
wanita yang mengalami menopause yang terlambata juga ditemukan berisikio
tinggi terhadap kanker payudara. Penelitian ini merekomendasikan bahwa dokter
memberikan klien ini pertimbangan khusus sebelum menentukan terapi estrogen.
Terapi penggantian estrogen dapat
menyebabkan efek yang merugikan seperti hipertensi, gangguan emboli, atau
penyakit hepar dan kandung empedu (Malseed, 1990)
|
12
|
Diskusikan perawatan lanjutan;
jelaskan bahwa pemulangan biasanya dilakukan pada hari ke 5 sampai hari ke 7,
dan pemeriksaan kontrol dijadwalkan 4 sampi 6minggu setelah pulang. Tekankan
pentingnya menepati perjanjian yang telah ditetapkan.
|
Perawatan lanjutan yang teratur
diperlukan untuk mengevaluasi hasil pembedahan dan terapi estrogen, jika
diindikasikan, dan untuk mendeteksi semua komplikasi.
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Histerektomi
adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus) seorang wanita. Dengan
demikian, setelah menjalani histerektomi seorang wanita tidak mungkin lagi
untuk hamil dan mempunyai anak. Histerektomi biasanya dilakukan karena berbagai
alasan. Penyebab yang paling sering dilakukan histerektomi adalah adanya kanker
mulut rahim atau kanker rahim.
Operasi
pengangkatan kandungan (histerektomi) merupakan pilihan berat bagi seorang
wanita. Pasalnya, tindakan medis ini menyebabkan kemandulan dan berbagai efek
lainnya. Oleh karena itu, histerektomi hanya dilakukan pada penyakit-penyakit
berat pada kandungan (uterus).
Banyak
hal yang dapat 'memaksa' praktisi medis dan pasien untuk memilih tindakan
pengangkatan kandungan. Fibroid atau mioma merupakan salah satu penyebab
tersering. Penyebab lainnya adalah endometriosis, prolapsus uteri (uterus
keluar melalui vagina), kanker (pada
uterus, mulut rahim, atau ovarium), perdarahan per vaginam yang menetap, dan lain-lain.
B. Saran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar