Halaman

Kamis, 27 November 2014

Histerektomi Makalah



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Rahim merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan rectum. Dibelakang dan di didnding depan rahim dan bagian atas rahim tertutup peritoneum. Sedangkan bagian bawahanya berhubungan dengan kandung kemih. Untuk mempertahankan posisinya rahim disanggah oleh beberapa ligametum, jaringan ikat dan parametrium.
Histerektomi adalah merupakan prosedur operasi mayor yang paling sering dilakukan dalam bidang ginekologi, Histerektomi memiliki rentang indikasi yang sangat luas. Sangat sulit dalam menentukan indikasi yang jelas dalam melakukan tindakan histerektomi. rata-rata angka komplikasi sangat bervariasi tergantung dari rute histerektomi. Rata-rata komplikasi yang paling rendah adalah simpel vaginal histerektomi. Histerektomi laparoskopi, sama seperti prosedur laparoskopi lainnya sangat berhubungan dengan dengan komplikasi prosedurnya sendiri
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah gambaran pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien Histerektomi.
C.    Tujuan
Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan dengan pasien Histerektomi
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang :
1.        Pengertian Histerektomi
2.        Etiologi Histerektomi
3.        Indikasi dan Kontraindikasi Histerektomi
4.        Jenis Operasi Histerektomi
5.        Pemeriksaan Diagnostik
6.        Teknik oprasi histerektomi
7.        Prosedur histerektomi
8.        Efek samping dan komplikasi
9.        Penatalaksanaan
10.    Pemulihan dan diet pasca oprasi
11.    Asuhan keperawatan pada pasien dengan histerektomi




BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN HISTEREKTOMI
A.    Definisi
Histerektomi adalah bedah pengangkatan organ reproduksi internal wanita, diklasifikasikan menurut organ yang diangkat. Histerektomi subtotal mencakup pengangkatan hanya uterus, histerektomi total, pengangkatan uterus dan ujung servikal; salpingektomi, pengangkatan struktur ini ditambah dengan tuba fallopi; ooforektomi pengangkatan uterus; servik, tuba fallopian, dan ovarium. Pembedahan dilakukan melalui insisi abdomen bawah atau melalui vagina.

B.     Etiologi
  1. Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan pada kandung kencing.
  2. Endometriosis, dimana dinding rahim bagian dalam seharusnya tumbuh di rahim saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium), tuba Fallopi, atau organ perut dan rongga panggul lainnya.
  3. Prolapsus uteri, yaitu keluarnya kandungan melalui vagina.

C.    Indikasi & Kontra Indikasi
Indikasi:
a.         Ruptur uteri
b.         Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada, misalnya pada :
1)        Atonia uteri
2)        Afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia pada solusio plasenta dan lainnya.
3)        Couvelaire uterus tanpa kontraksi.
4)        Arteri uterina terputus.
5)        Plasenta inkreta dan perkreta.
6)        Hematoma yang luas pada rahim.
c.         Infeksi intrapartal berat.
d.        Pada keadaan ini biasanya dilakukan operasi Porro, yaitu uterus dengan isinya diangkat sekaligus.
e.         Uterus miomatosus yang besar.
f.          Kematian janin dalam rahim dan missed abortion dengan kelainan darah.
g.         Kanker leher rahim.
Kontra Indikasi
a.         Atelektasis
b.         Luka infeksi
c.         Infeksi saluran kencing
d.        Tromoflebitis
e.         Embolisme paru-paru.
f.          Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial pada adneksa
g.         Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix) dan abses pada cul-de-sac Douglas karenadiduga terjadi pembentukan perlekatan.
D.    Jenis Operasi Histerektomi
1.      Histerektomi parsial (subtotal)
Pada histerektomi jenis ini, rahimn diangkat, tetapi mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim sehingga masih perlu pemeriksaan pap smear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin.
2.      Histerektomi total
Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara keseluruhan.
Keuntungan dilakukan histerektomi total adalah ikut diangkatnya serviks yang menjadi sumber terjadinya karsinoma dan prekanker. Akan tetapi, histerektomi total lebih sulit daripada histerektomi supraservikal karena insiden komplikasinya yang lebih besar.

Operasi dapat dilakukan dengan tetap meninggalkan atau mengeluarkan ovarium pada satu atau keduanya. Pada penyakit, kemungkinan dilakukannya ooforektomi unilateral atau bilateral harus didiskusikan dengan pasien. Sering kali, pada penyakit ganas, tidak ada pilihan lain, kecuali mengeluarkan tuba dan ovarium karena sudah sering terjadi mikrometastase.
Berbeda dengan histerektomi sebagian, pada histerektomi total seluruh bagian rahim termasuk mulut rahim (serviks) diangkat. Selain itu, terkadang histerektomi total juga disertai dengan pengangkatan beberapa organ reproduksi lainnya secara bersamaan. Misalnya, jika organ yang diangkat itu adalah kedua saluran telur (tuba falopii) maka tindakan itu disebut salpingo. Jika organ yang diangkat adalah kedua ovarium atau indung telur maka tindakan itu disebut oophor. Jadi, yang disebut histerektomi bilateral salpingo-oophorektomi adalah pengangkatan rahim bersama kedua saluran telur dan kedua indung telur. Pada tindakan histerektomi ini, terkadang juga dilakukan tindakan pengangkatan bagian atas vagina dan beberapa simpul (nodus) dari saluran kelenjar getah bening, atau yang disebut sebagai histerektomi radikal (radical hysterectomy).

Ada banyak gangguan yang dapat menyebabkan diputuskannya tindakan histerektomi. Terutama untuk keselamatan nyawa ibu, seperti pendarahan hebat yang disebabkan oleh adanya miom atau persalinan, kanker rahim atau mulut rahim, kanker indung telur, dan kanker saluran telur (falopi). Selain itu, beberapa gangguan atau kelainan reproduksi yang sangat mengganggu kualitas hidup wanita, seperti miom atau endometriosis dapat menyebabkan dokter mengambil pilihan dilakukannya histerektomi.



3.      Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral
Histerektomi ini mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan penderita seperti menopause meskipun usianya masih muda.
4.      Histerektomi radikal
Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan kelenjar limfe disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa penderita.


F.     Pemeriksaan Diagnostik
1.        USG
Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan adnexa dalam rongg apelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnose jaringan.
2.        Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai masaa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter
3.        Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.
4.        Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis
5.        Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum, kreatinin darah.
6.        Tes kehamilan
7.        D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan untuk menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim (hyperplasia atau adenokarsinoma endometrium).
G.           Teknik Operasi Histerektomi
Pilihan teknik pembedahan tergantung pada indikasi pengangkatan uterus, ukuran uterus, lebarnya vagina, dan juga kondisi pendukung lainnya. Lesi prekanker dari serviks, uterus, dan kanker ovarium biasanya dilakukan histerektomi abdominal, sedangkan pada leimioma uteri, dilakukan histerektomi abdominal jika ukuran tumor tidak memungkinkan diangkat melalui histerektomi vaginal. 1
1.        Histerektomi abdominal
Pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan pada perut, baik irisan vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini adalah dokter yang melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa uterus dan jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup ruang untuk melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada mioma yang berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus. Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang lebih berat, menyebabkan masa pemulihan yang lebih panjang, serta menimbulkan jaringan parut yang lebih banyak.
2.        Histerektomi vaginal
Dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya digunakan pada  prolapsus uteri. Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada jaringan parut yang tampak.
3.        Histerektomi laparoskopi
Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang dibantu laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan histerektomi supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical hysterectomy, LSH). LAVH mirip dengan histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparoskop yang dimasukkan melalui irisan kecil di perut untuk melihat uterus dan jaringan sekitarnya serta untuk membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak menggunakan irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada perut. Melalui irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotong-potong menjadi bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang laparoskop. Kedua teknik ini hanya menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut. Tindakan pengangkatan rahim menggunakan laparoskopi dilakukan menggunakan anestesi (pembiusan) umum atau total. Waktu yang diperlukan bervariasi tergantung beratnya penyakit, berkisar antara 40 menit hingga tiga jam. Pada kasus keganasan stadium awal, tindakan histerektomi radikal dapat pula dilakukan menggunakan laparoskopi. Untuk ini diperlukan waktu operasi yang relatif lebih lama. Apabila dilakukan histerektomi subtotal, maka jaringan rahim dikeluarkan menggunakan alat khusus yang disebut morcellator sehingga dapat dikeluarkan melalui llubang 10 mm.Apabila dilakukan histerektomi total, maka jaringan rahim dikeluarkan melalui vagina, kemudian vagina dijahit kembali. Operasi dilakukan umumnya menggunkan empat lubang kecil berukuran 5 10 mm, satu di pusar dan tiga di perut bagian bawah.

H.           Prosedur Histerektomi
Persiapan Pre Operasi 1 hari sebelum operasi
1.        Persiapan urogenital
Dilakukan pengosongan kandung kemih dengan kateterisasi nkandung kemih.
2.        Obat-obat Premedikal
Yaitu penyuntikan pengantar pada pendrita yang sudah ditentukan oleh ahli bius
3.        Bahan yang harus dibawa bersama pasien ke kamar operasi
a.         Status klien
b.         Hasil-hasil laboratorium
4.        Persiapan psikologis
a.         Pasien dan keluarga perlu diberi kesempatan bertanya mengenai fungsi reproduksi dan seksnya.
b.         Beri penjelasan tentang operasi histerektomi yang akan dilakukannya.
5.        Hal-hal yang perlu diperhatikan
a.         Cek gelang identitas
b.         Lepas tusuk konde, wig, tutup kepala dengan mitella.
c.         Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan.
d.        Bersihkan cat kuku
e.         Lepaskan kontak lens
f.          Alat bantu pendengaran dapat dipasang bila pasien tidak dapat mendengarkan tanpa alat.
g.         Pasang kaos kaki anti emboli bila pasien resiko tingi terhadap syok.
h.         Ganti pakaian operasi
6.        Transportasi ke kamar operasi
Perawat menerima status pasien, memeriksa gelang pengenal, menandatangani inform concent, pasien dilindungi dari kedinginan dengan memberi selimut katun.
Persiapan Operasi
1.        Inform Concent
Surat persetujuan kepada pasien dan keluarga mengenai pemeriksaan sebelum operasi, alasan, tujuan, jenis operasi, keuntungan dan kerugian operasi.
2.        Puasa
Pada operasi kecil, tidak perlu ada perawatan khusus. Hanya perlu puasa beberapa jam sebelum operasi dan makan makanan ringan yang mudah dicerna malam hari sebelumnya. Pada operasi besar, pada hari akan dilakukan operasi, pasien hanya mendapatkan terapi cairan saja. Pada persiapan praoperatif penderita malnutrisi, juga diberikan hiperalimentasi per oral atau intravena.
3.        Persiapan usus, persiapan usus praoperatif berguna untuk hal-hal berikut:
a.         Pengurangan isi gastrntestinal memberi ruang tambahan pada pelvis dan abdomen sehingga memperluas lapangan operasi.
b.         Pengurangan jumlah flora patgen pada usus menurunkan resiko infeksi pascaoperasi
Cedera usus saat pembedahan tidak selalu berhasil untuk dihindari, terutama sering terjadi pada pasien yang menjalani operasi karsinoma, endometriosis, penyakit peradangan pelvis, pasien dengan prosedur pembedahan berulang atau penyakit peradangan usus.
4.        Persiapan kulit
Persiapan kulit disarankan untuk dilakukan pada area pembedahan, bukan karena takut terjadi kontaminasi, akan tetapi lebih karea alasan teknis. Pasien dicukur hanya pada area disekitar insisi. Pencukuran sebaiknya dilakukan segera sebelum operasi, untuk mengurangi resiko infeksi pasca perasi. Membersihkan kulit dengan sabun antiseptic pada malam hari sebelum operasi atau pagi hari dapat mengurangi frekuensi infeksi luka pascaoperasi.
5.        Persiapan vagina
Apabila terdapat infeksi vagina, sebaiknya diterapi sebelum operasi. Vaginosis bacterial dapat diterapi dengan metrodinazole atau krim klindamisin 2%. Pada wanita pasca menopause  dengan atrofi mucosa vagina, krim estrogen meningkatkan penyembuhan luka setelah operasi vagina. Segera sebelum operasi, vagina dibersihkan dengan larutan antisepsis, seperti iodine PVB, chlorhexidine atau octenidindil-hydricloride.
6.        Persiapan kandung kencing dan ureter
Segera sebelum pemeriksaan di bawah anestesi,kandung kencing dikosngkan dengan kateterisasi. Jik akan dilakukan operasi denga durasi lama, sebelumnya dipasang kateter folley.
Prosedur Histerektomi
Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah atau vagina, dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat perut dilakukan melalui sayatan melintang seperti yang dilakukan pada operasi sesar. Histerektomi lewat vagina dilakukan dengan sayatan pada vagina bagian atas. Sebuah alat yang disebut laparoskop mungkin dimasukkan melalui sayatan kecil di perut untuk membantu pengangkatan rahim lewat vagina. Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan histerektomi abdomen karena lebih kecil risikonya dan lebih cepat pemulihannnya. Namun demikian, keputusan melakukan histerektomi lewat perut atau vagina tidak didasarkan hanya pada indikasi penyakit tetapi juga pada pengalaman dan preferensi masing-masing ahli bedah. Histerektomi adalah prosedur operasi yang aman, tetapi seperti halnya bedah besar lainnya, selalu ada risiko komplikasi. Beberapa diantaranya adalah pendarahan dan penggumpalan darah (hemorrgage/hematoma) pos operasi, infeksi dan reaksi abnormal terhadap anestesi.

I.              Efek Samping dan Komplikasi
1.        Efek Samping
Efek samping yang utama dari histerektomi adalah bahwa seorang wanita dapat memasuki masa menopause yang disebabkan oleh suatu operasi, walaupun ovariumnya masih tersisa utuh. Sejak suplai darah ke ovarium berkurang setelah operasi, efek samping yang lain dari histerektomi yaitu akan terjadi penurunan fungsi dari ovarium, termasuk produksi progesterone.

Efek samping Histerektomi yang terlihat :
a.         Perdarahan intraoperatif
Biasanya tidak terlalu jelas, dan ahli bedah ginekologis sering kali kurang dalam memperkirakan darah yang hilang (underestimate). Hal tesebut dapat terjadi, misalnya, karena pembuluh darah mengalami retraksi ke luar dari lapangan operasi dan ikatannya lepas
b.         Kerusakan pada kandung kemih
Paling sering terjadi karena langkah awal yang memerlukan diseksi untuk memisahkan kandung kemih dari serviks anterior tidak dilakukan pada bidang avaskular yang tepat.
c.         Kerusakan ureter
Jarang dikenali selama histerektomi vaginal walaupun ureter sering kali berada dalam resiko kerusakan. Kerusakan biasanya dapat dihindari dengan menentukan letak ureter berjalan dan menjauhi tempat tersebut.
d.        Kerusakan usus
Dapat terjadi jika loop usus menempel pada kavum douglas, menempel pada uterus atau adneksa. Walaupun jarang, komplikasi yang serius ini dapat diketahui dari terciumnya bau feses atau melihat material fekal yang cair pada lapangan operasi. Pentalaksanaan memerlukan laparotomi untuk perbaikan atau kolostomi
e.         Penyempitan vagina yang luas
Disebabkan oleh pemotongan mukosa vagina yang berlebihan. Lebih baik keliru meninggalkan mukosa vagina terlalu banyak daripada terlalu sedikit. Komplikasi ini memerlukan insisi lateral dan packing atau stinit vaginal, mirip dengan rekonstruksi vagina.

2.        Komplikasi
a.         Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya terjadi dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini diklasifikasikan dalam sejumlah cara yaitu, berdasarkan tipe pembuluh darah arterial, venus atau kapiler, berdasarkan waktu sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam waktu 24 jam ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10 hari sesudah kejadian dengan disertai sepsis sekunder, perdarahan bisa interna dan eksterna.
b.         Thrombosis vena
Komplikasi hosterektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi membahayakan jiwa adalah thrombosis vena dalam dengan emboli paru-paru, insiden emboli paru-paru mungkin dapat dikurangi dengan penggunaan ambulasi dini, bersama-sama dengan heparin subkutan profilaksis dosis rendah pada saat pembedahan dan sebelum mobilisasi sesudah pembedahan yang memadai.
c.         Infeksi
Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen, antitoksinnya didalam darah atau jaringan lain membentuk pus.
d.        Pembentukan fistula
Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau menghubungkan 1 organ dengan bagian luar. Komplikasi yang paling berbahaya dari histerektomi radikal adalah fistula atau striktura ureter. Keadaan ini sekarang telah jarang terjadi, karena ahli bedah menghindari pelepasan ureter yang luas dari peritoneum parietal, yang dulu bisa dilakukan. Drainase penyedotan pada ruang retroperineal juga digunakan secara umum yang membantu meminimalkan infeksi.

Pencegahan komplikasi

a.         Pencegahan perlekatan
Perlekatan dapat dicegah dengn cara manipulasi jaringan secara lembut dan hemostasis yang seksama. Untuk mempertahankan integritas serosa usus, pemasangan tampon dgunakan apabila usus mengalami intrusi menghalangi lapangan pandang operasi. Untuk mencegah infeksi, darah harus dievakuasi dari kavum peritonei. Hal ini dapat dilakukan dengan mencuci menggunakan larutan RL dan melakukan reperitonealisasi defek serosa dengan hati-hati
b.         Drainase
Pada luka bersih (aseptic), pemasangan drain untuk mengevakuasi cairan yang berasal dari sekresi luka dan darah berguna untuk mencegah infeksi. Pada luka terinfeksi pemasangan drain dapat membantu evakuasi pus dan sekresi luka dan menjaga luka tetap terbuka. System drainase ada yang bersiat pasif (drainase penrose), aktif (drainase suction) da juga ada yang bersiat terbuka atau tertutup.
c.         Pencegahan thrombosis vena dalam dan emboli
1)        Saat praoperasi, perlu dicari faktor resiko. Usahakan menurunkan berat badan dan memperbaiki keadaan umum pasien sampai optimal. Kontrasepsi oral harus dihentikan minimal empat minggu sebelum operasi. Mobilisasi pasien dilakukan sedini mungkin dan diberikan terapi fisik dan latihan paru.
2)        Upaya intraoperasi, dilakukan hemostasis yang teliti san pencegahan infeksi. Selain itu, cegah juga hipoksia dan hipotensi selama pembiusan. Hindari statis vena sedapat mungkin, terutama dengan memperhatikan posisi kaki.
3)        Pada pascaoperasi, antikoagulasi farmkologis dan fisik dilanjutkan. Upaya fisik meliputi mobilisasi dini pada 4-6 jam pertama pascaoperasi, bersamaan dengan fisioterapi. Disamping itu bisa juga dnegan pemakaian stocking ketat dan mengankat kaki.
J.             Penatalaksanaan
1.        Preoperative
Setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur dengan sangat cermat dan dibersihkan dengan sabun dan air (beberapa dokter bedah tidak menganjurkan pencukuran pasien). Traktus intestinal dan kandung kemih harus dikosongkan sebelum pasien dibawa keruang operasi untuk mencegah kontaminasi dan cidera yang tidak sengaja pada kandung kemih atau traktus intestinal. Edema dan pengirigasi antiseptic biasanya diharuskan pada malam hari sebelum hari pembedahan, pasien mendapat sedative. Medikasi praoperasi yang diberikan pada pagi hari pembedahan akan membantu pasien rileks.
2.        Postoperative
Prinsip-prinsip umum perawatan pasca operatif untuk bedah abdomen diterapkan, dengan perhatian khusus diberikan pada sirkulasi perifer untuk mencegah tromboflebitis dan TVP (perhatikan varicose, tingkatkan sirkulasi dengan latihan tungkai dan menggunakan stoking.

K.           Pemulihan dan Diet Pasca Operasi
Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga enam minggu. Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak bergerak yang dapat memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari segi makanan, disarankan untuk menghindari makanan yang menimbulkan gas seperti kacang buncis, kacang panjang, brokoli, kubis dan makanan yang terlalu pedas. Seperti setelah operasi lainnya, makan makanan yang kaya protein dan meminum cukup air akan membantu proses pemulihan.
L.     Konsep Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
Data dasar periode pra-operasi:
a.       Riwayat atau adanya faktor-faktor yag mengharuskan pembedahan
                                                1.      Karsinoma serviks, ovarium, atau rahim.
                                                2.      Mioma uteri besar (vibroid).
                                                3.      Endometriosis berat
                                                4.      Perdarahan uterin disfungsional krisis (perdarahan pasca menopause, metroragia
  1. Gejala prolaps pada uteri
b.      Pemeriksaan fisik berdasarkan pemeriksaan umum (apendiks F) untuk menetapkan nilai dasar.
c.       Kaji perasaan dan keprihatinan pasien terhadap pembedahan serta pengetahuan mereka mengenai kejadian dalam pra-operasi dan pasca operasi.
d.      Lihat perawatan pra-operasi dan pascaoperasi untuk rencana perawatan praoperasi selanjutnya
Periode pasca operasi
Pada saat menerima pasien:
1)      Laksanakan pengkajian rutin pascaoperasi (Apendiks L)
2)      Periksa jumlah drainase pada balutan perineum

o   Intervensi dan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa I: Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri yang berhubungan dengan makna dari kehilangan
Kriteria pengkajian fokus
Makna klinis
1.      Pemajanan dengan orang lain yang telah menjalani histerektomi
2.      Kemampuan untuk mengungkapakan perasaan tentang histerektomi
3.      Bukti konsep diri yang negatif
4.      Partisipasi dalam perawatan diri
1,2 informasi ini dapat digunakan untuk mengukur respons dan kemajuan saat ini. Diskusi dapat mendeteksi misinformasi dan ketakutan

3. klien dengan konsep diri yang negatif sebelumnya beresiko tinggi untuk gangguan penyesuaian
4. partisipasi dalam perawatan diri menunjukkan untuk mnyesuaikan dengan perubahan secara positif

No
Intervensi
Rasional
1
Kontak klien dengan serig dan perlakukan klien dengan hangat, rasa homat.
Kontak yang sering ooleh pemberi perawatan menunjukkan penerimaan dan memfasilitasi rasa percaya. Klien mungkin ragu-ragu untuk mendekati staf karena konsep diri yang negatif.
2
Memadukan dukungan emosional kedalam sesi penyuluhan perawatan teknis (misalnya: perawatan luka dan mandi)
Hal ini mendorong resolusi isu-isu emosional sambil menyuluh keterampilan teknis
3
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya tentag pembedahan dan persepsi tentang dampak gaya hidup. Validasi persepsi klien dan berikan ketenangan bahwa responnya adalah normal dan tepat
Saling berbagi dan mengungkapkan perasaan memberikan kesempatan bagi perawat untuk mengkoreksi misinformasi. Melakukan validasi terhadap persepsi klien meningkatkan kewaspadaan diri (Webb, 1983)
4
Gantikan mitos dengan kenyataan (misalnya:histerektomi biasanya tidak mempengaruhi respon seksual fisiologis)
Misinformasi menunjang terjadinya ansietas dan ketakutan yang tidak berdasar. Memberikan informasi yang akurat dapat membantu mengurangi stressor emosional ini
5
Diskusikan tentang pembedahan dan efeknya pada fungsi dengan anggota keluarga atau kerabat lainnya; luruskan semua misinformasi. Dorong klien untuk berbagi perasaan dan persepsinya dengan mereka
Dukungan dari keluarga atau kerabat lain sering kali penting untuk penerimaan perubahan pada klien dan konsep diri yang positif (Webb 1983)
6
Rujuk klien yang beresiko tinggi terhadap ketidakberhasilan penyesuaian untuk mendapatkan konseling profesional
Terapi lanjutan untuk membantu penyesuaian yang efektif dapat diindikasikan

Diagnosa II: Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapetik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan insisi atau perineal, tanda dan gejala komplikasi, pembatasan aktifitas, kehilangan menstruasi, terapi hormon, dan perawatan lanjutan
Kriteria Pengkajian Fokus
Makna Klinis
Kesiapan dan kemampuan untuk belajar serta dan menyerap informasi
Klien atau keluarga yang gagal mencapai tujuan belajar memerlukan rujukan untuk mendapat bantuan setelah pulang

No
Intervensi
Rasional
1
Diskusikan perkiraan untuk penyembuhan berdasarkan jenis dan luasnya pembedahan. Jelaskan bahwa histerektomi vaginal umumnya memberikan penyembuhn yang lebih cepat dan menyebabkan lebih sedikit ketidaknyamanan postoperatif, namun mempunyai beberapa kerugian, seperti dibawah ini:
a.       Resiko infeksi postoperatif yag lebih besar.
b.      Penurunan kemampuan (dibandingkan dengan histerektomi abdomen) untuk menghadapi kesulitan pembedahan atau komplikasi yang tidak diperkirakan.
Jelaskan bahwa histerektomi abdomen memungkinkan visualisasi selama pembedahan dan mempunyai kontraindikasi yang lebih sedikit, namun mempunyai periode penyembuhan yang lebih lama, penggunaan anastesia dan nyeri yang meningkat
Pemahaman perkiraan untuk penyembuhan dapat membantu klien dan keluarga merencanakan strategi untuk mematuhi regimen perawatan postoperatif
2
Jelaskan perawatan luka yang tidak mengalami komplikasi (histerektomi abdomen), ajarkan klien untuk melakukan hal berikut:
a.       Mencuci dengan sbun dan air (mandi bila mampu)
b.      Mengeringkan dengan handuk, menyibak lipatan kulit untuk memastikan pengeringan yang sempurna.
Konsul dengan dokter untuk perawatan luka yang terkomplikasi
Perawatan luka yang benar membantu mengurangi mikroorganisme pada insisi dan mencegah infeksi
3
Jelaskan perawatan perineal (histerektomi vagina); ajarkan klien untuk melakukan hal berikut:
a.      Mempertahankan hygien yang baik
b.      Mencuci secara menyeluruh menggunakan sabun dan air
c.      Mengganti pembalut dengan sering
d.     Setelah eliminasi, lakukan usapan dari bagian depan ke arah belakang gunakan tisu bersih untuk setiap kali usapan
Perawatan perineal yang benar mengurangi mikroorganisme disekitar perineum, meminimalkan mikroorganisme memasuki vagina
4
Jelaskan perlunya untuk meningkatkan aktifitas sesuai dengan toleransi
Aktifitas fisik, khususnya ambulasi dini dan sering, dapat membantu mencegah atau meminimalkan kram abdomen, keluhan umum selama penyembuhan histerektomi abdomen
5
Ajarkan klien dan keluarga untuk memperhatikan dan melaporkan hal berikut:
a.       Perubahan drainase perineal (misalnya drainase yang tidak seperti biasa, perdarahan merah terang, bau yang tidk enak)
b.      Retensi urin, rasa terbakar (panas), sering berkemih
c.       Urin keruh dan berbau tidak enak
d.      Darah dalam urin
e.       Perubahan fungsi usus (konstipasi, diare)
Karena pembuluh darah yang berlimpah pada pelvis wanita, histerektomi membawa resiko tinggi perdarahan postoperatif dibanding pembedahan lain. Perdarahan seringkali terjadi dalam 24 jam setelah operasi, namun resiko tinggi juga terjadi pada hari ke-4, ke-9, dan hari ke-21 postoperatif, manakala jahitan bersatu. Sejumlah drainase serosa yang berwarna pink, kuning, coklat atauh bahkan perdarahan vaginal minor yang nyata (tidak lebih berat dari menstruasi normal), adalah normal dan diperkirakan terjadi (Holden, 1983)
6
Jelaskan efek pembedahan pada menstruasi dan ovulasi. Instruksikan klien untuk melaporkan gejala klimakterim (pengehentian menstruasi
a.       Rasa panas
b.      Sakit kepala
c.       Gelisah
d.      Palpitasi
e.       Letih
f.       Depresi, perasaan tidak berguna, dan reaksi emosional lainnya
Pengangkatan uterus (meninggalkan ovarium secara teoritis tidak menghasilkan gejala menopaus; namun, klien dapat mengalaminya untuk sementara, rupanya karena peningkatan kadar estrogen akibat manipulasi bedah pada ovarium. Pengangkatan kedua ovarium secara artivisial menginduksi menopaus, menyebabkan gejala yang lebih berat daripada yang dialami pada kelimakterium normal. Untuk membantu mengurangi gejala , bagian ovarium seringkali dibiarkan di tempatnya kecuali jadi kontraindikasi.terapi estrogen mengurangi gejala dan dapat diindikasikan kecuali kasus-kasus keganasan
7
Jelaskan pembatasan aktivitas; ajarkan klien untuk melakukan hal-hal berikut:*
a.    Terjadi keletihan dan kelemahan selama periode pemulihan
b.    Delegasikan tugas kepada orang lain (misalnya menyapu atau mengangkat) minimal selama 1 bulan
c.    Berjalan dan sikap sedang, secara bertahap tingkatkan jarak dan langkah
d.   Memulai mengemudi 2minggu setelah pembedahan, jika mobil dilengkapi dengan transmisi otomatis
e.    Hindari duduk dalam waktu yang lama
Istirahat yang cukup memungkinkan tubuh untuk memperbaiki jaringan akibat bedah. Berjalan meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot, mempercepat pemulihan. Duduk dalam waktu lama dapat menyebakan kongestiv pelvik dan pembentukan trombosis
8
Galih kekhawatiran klien mengenai dampak pembedahan pada perasaan dan fungsi seksual. Jelaskan bahwa klien harus mampu untuk memulai kembali hubungan seksual kapan saja dari 3 minggu (dengan histerektomi vagina untuk sampai 16 minggu setelah pembedahan; konfirmasikan kerangka waktu yang spesifik dengan dokter.
Pada kebanyakan kasus, histerektomi tidak mempengaruhi respon atau fungsi seksual. Selama hingga sampai 4bulan setelah pembedahan, hubungan seksual menimbulkan nyeri karena sakit pada abdomen dan menyusutan sementara vagina. Hubungan seksual membantu meregangkan  dinding vagina dan akhirnya mengurangi ketidaknyamanan (well, 1985)
9
Jika dilakukan histerektomi subtotal, jelaskan bahwa menstruasi dapat berlanjut karena bagian uterus dan lapisan endometrium tetap ada.
Penjelasan apa yang diperkirakan dari pembedahan dapat membantu mengurangi kecemasan yang berhubungan dengan ketidaktahuan dan memungkinkan kopping yang efektif (redman, 1992)
10
Jelaskan bahwa pengangkatan uterus total mencegah kehamilan dan mengakibatkan berhentinya menstruasi, namun sela bagian ovarium tetap ada,  klien dapat mengalami gejala premenstrual setiap bulan seperti gembung dan kram abdomen.

11
Jika terapi penggantian histogen diindikasikan, diberikan penyuluhan.
a.       Jelaskan bahwa estrogen diberikan dalam dosis rendah berdasarkan siklus 5 hari diberikan 2 hari distop-sampai kelien mencapai usia menopouse rata-rata
b.       Diskusikan rasional terapi: untuk memberikan perasaan tenang untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler, untuk menurunkan osteoporosis.
c.       Jelaskan resiko yang berhubungan dengan terapi.
d.      Ajarkan klien untuk melaporkan hal-hal berikut:
1)   Perubahan suasana hari, khususnya depresi
2)   Tanda dan gejala tromboplebitis (hangat dan nyeri pada betis, nyeri abdomen, dan nyeri, baal atau kekakuan pada kaki dan bokong).
3)   Retensi cairan yang berlebihan
4)   Ikterik
5)   Mual dan muntah yang hebat
6)   Pening, sering sakit kepala
7)   Rambut rontok
8)   Gangguan penglihatan
9)   Benjolan pada payudara
e.       Jelaskan perlunya kunjungan tindak lanjut (setidaknya setiap tahun dan pemeriksaan mandiri payudara setiap bulan
Pemahaman klien tentang terapi estrogen dapat mendorong kepatuhan dengan regimen yang ditentukan (maddox, 1992)

Sebuah penelitian tentang efek jangka panjang pemakaian estrogen menemukan penurunan angka kematian akibat infark miocard, namun menemukan peningkatan insiden kanker payudara (meskipun menurun pada angka kematian yang berhubungan dengan kanker payudara) dan osteoporosis. Wanita nulipara ditemukan berisin petinggi terhadap kanker payudara selama 10tahun pertama terapi. Wanita berumur di atas 55 tahun dan wanita yang mengalami menopause yang terlambata juga ditemukan berisikio tinggi terhadap kanker payudara. Penelitian ini merekomendasikan bahwa dokter memberikan klien ini pertimbangan khusus sebelum menentukan terapi estrogen.
Terapi penggantian estrogen dapat menyebabkan efek yang merugikan seperti hipertensi, gangguan emboli, atau penyakit hepar dan kandung empedu (Malseed, 1990)
12
Diskusikan perawatan lanjutan; jelaskan bahwa pemulangan biasanya dilakukan pada hari ke 5 sampai hari ke 7, dan pemeriksaan kontrol dijadwalkan 4 sampi 6minggu setelah pulang. Tekankan pentingnya menepati perjanjian yang telah ditetapkan.
Perawatan lanjutan yang teratur diperlukan untuk mengevaluasi hasil pembedahan dan terapi estrogen, jika diindikasikan, dan untuk mendeteksi semua komplikasi.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus) seorang wanita. Dengan demikian, setelah menjalani histerektomi seorang wanita tidak mungkin lagi untuk hamil dan mempunyai anak. Histerektomi biasanya dilakukan karena berbagai alasan. Penyebab yang paling sering dilakukan histerektomi adalah adanya kanker mulut rahim atau kanker rahim.
Operasi pengangkatan kandungan (histerektomi) merupakan pilihan berat bagi seorang wanita. Pasalnya, tindakan medis ini menyebabkan kemandulan dan berbagai efek lainnya. Oleh karena itu, histerektomi hanya dilakukan pada penyakit-penyakit berat pada kandungan (uterus).
Banyak hal yang dapat 'memaksa' praktisi medis dan pasien untuk memilih tindakan pengangkatan kandungan. Fibroid atau mioma merupakan salah satu penyebab tersering. Penyebab lainnya adalah endometriosis, prolapsus uteri (uterus keluar melalui vagina), kanker  (pada uterus, mulut rahim, atau ovarium), perdarahan per vaginam yang menetap, dan lain-lain.
B.     Saran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar