Halaman

Rabu, 21 Juli 2021

2021 Belum Selesai, Tapi Aku Sudah Lelah (Dan Itu Gak Apa-apa)

 



Waktu nulis ini, aku lagi duduk di depan kamar, pakai sarung, sambil lihat halaman pondok yang agak sepi.
Beberapa santri ada yang baru sembuh dari isoman, beberapa ustadz kelihatan makin kurus, dan jujur… aku sendiri juga mulai ngerasa capek.

Capek mikir.
Capek ngurus.
Capek bilang, "semua akan baik-baik saja," padahal kadang aku sendiri gak yakin.

Gelombang Kedua Datang Tanpa Permisi

Baru aja kita ngerasa sedikit lega… santri udah mulai ngaji normal, kelas mulai hidup, kegiatan harian kembali jalan. Tapi tiba-tiba, gelombang kedua datang kayak tamu tak diundang yang langsung duduk di ruang tamu dan gak mau pergi.

Pondok mulai batasi lagi kegiatan.
Kunjungan ditiadakan.
Pengajian umum di-pending.

Dan aku harus balik lagi ke rutinitas mengajar sambil waspada:
masker di wajah, disinfektan di meja, dan doa di hati.

Bukan Soal Mengeluh, Tapi Mengaku

Aku gak nulis ini buat ngeluh. Aku cuma pengen jujur.
Bahwa jadi guru di pesantren di masa pandemi itu... bukan perkara ringan.

Kadang kita diminta jadi motivator, padahal kita sendiri sedang butuh semangat.
Diminta senyum, padahal kepala penuh beban.
Diminta sabar, padahal tidur gak nyampe 4 jam.

Tapi dari semua itu, aku belajar:
Kadang kita gak butuh kuat setiap hari. Yang penting gak nyerah.

Santri Juga Capek, Tapi Mereka Hebat

Aku lihat wajah-wajah muridku.
Mereka bosan, iya. Kangen pulang, jelas.
Tapi mereka masih berusaha tertawa, belajar, dan salim dari jauh pakai isyarat tangan.

Ada satu santri yang bilang, “Ustadz, rasanya kayak ngejar angin.”
Dan aku jawab, “Iya, tapi selama kamu lari ke arah yang benar, itu tetap kemajuan.”

Kadang, cuma hadir di kelas dan buka buku itu udah perjuangan.
Dan itu layak kita apresiasi.

Masih Ada Setengah Tahun Lagi

2021 belum selesai.
Masih ada waktu untuk memperbaiki, memperkuat, dan memperbanyak doa.
Nggak apa-apa kalau kita lelah. Yang penting jangan lupa istirahat, bukan menyerah.

Take a deep breath, dear teacher.
Take a break if you must, but don’t quit.

Karena siapa tahu, lelahmu hari ini jadi berkah untuk masa depan mereka.

Senin, 04 Januari 2021

2021: Kita Masih Bertahan, dan Itu Sudah Luar Biasa

 



Selamat datang, 2021.
Kalau kamu tanya kabarku, ya… masih waras, masih ngajar, masih hidup.
And you know what? That’s already an achievement.

Setelah 2020 yang penuh drama—lockdown, belajar daring, cuci tangan 40 kali sehari, sampai tidur pakai masker—tahun ini rasanya seperti membuka lembaran baru. Tapi bukan kertas putih bersih, lebih seperti kertas yang sudah agak lecek… tapi masih bisa ditulisi lagi.

Tahun Baru Tapi Masih Sama: Kita Masih Di Sini

Di pesantren tempatku mengajar, awal tahun bukan tentang kembang api atau resolusi besar-besaran. Tapi tentang murid yang kembali masuk kelas, ngaji pagi yang tak lagi lewat speaker, dan suasana yang mulai terasa hidup meski belum seutuh dulu.

Kami masih pakai masker, masih jaga jarak, masih ngingetin santri buat jangan minum satu gelas rame-rame (lagi). Tapi ada yang beda:
semangatnya lebih tenang.
Nggak meledak-ledak, tapi stabil.
Nggak banyak harapan muluk, tapi penuh keikhlasan.

Dari “Overwhelmed” ke “More Aware”

Tahun lalu, jujur aja, banyak dari kita kelelahan. Overwhelmed, stuck di rumah, pusing karena harus jadi guru, orang tua, penghibur, dan teknisi Wi-Fi sekaligus.

Tapi tahun ini… rasanya kita lebih aware. Lebih paham mana yang penting, mana yang bisa ditunda. Lebih ngerti bahwa kesehatan itu bukan cuma soal badan, tapi juga soal batin.

Dan sebagai guru, aku sadar:
Kadang murid itu nggak butuh kita sempurna.
Mereka cuma butuh kita hadir, mendengar, dan bilang, “It’s okay to feel tired.”

Apa yang Aku Pelajari?

Kalau boleh jujur, tahun 2020 kemarin itu nggak gampang, tapi banyak ngasih pelajaran:

  • Bahwa ilmu itu bukan hanya yang diajarkan, tapi juga yang dirasakan.

  • Bahwa diam itu kadang lebih dalam dari ributnya diskusi.

  • Dan bahwa santri yang bandel kadang justru paling cepat peka kalau ustadznya lagi capek.

Aku makin yakin: jadi guru itu bukan soal transfer pengetahuan, tapi soal menyalakan semangat.

Jadi, 2021 Ini Mau Ngapain?

Nggak muluk-muluk.
Nggak harus jadi luar biasa.
Yang penting: jangan berhenti jadi baik.

Tetap ngajarin yang benar.
Tetap sabar sama yang lambat.
Tetap bersyukur meski uang saku belum naik-naik.

Karena kadang, jadi “biasa tapi istiqamah” jauh lebih hebat daripada jadi “hebat tapi sebentar.”