Halaman

Jumat, 06 April 2012

4. Jangan MEMAKSA !


Matahari bersinar diufuk timur, cahayanya menelusup relung-relung kota yang dipenuhi bangunan-bangunan tinggi yang tak pernah berhenti bernafas meski di hari Minggu.

“Hoammmh…” suara si manis, menguap dipagi yang indah itu.

“Sudah pagi rupanya”

“Hari ini, semoga menjadi hari yang indah bagi gadis secantik dan sebaik aku!” katanya memuji diri sendiri.

“Hara…Hara…Apa kau sudah bangun?” Tanya seseorang yang suarnya tak asing lagi ditelinga Hara.

“Tentu, Ben! Ada apa?” jawab Hara sambil membuka pintu kamarnya.

“Hai putri, pagi ini sangat cerah, ke lapangan yu, kita lari pagi!” ajak pemuda yang bernama lengkap Beny Harahap itu.

“Apa, lari pagi…? Ga…ga…,males!”

“Hai…ayolah, honey!”

“Jangan merayuku, Ben! Sekali tidak, tetap tidak!”. Tiba-tiba terdengar suara mobil yang digas, dan suara seseorang memanggil nama ‘Hara’.

“Hara…Hara…!”

“Sepertinya ada yang memanggilku!” kata Hara dan langsung pergi dari hadapan Ben.
 
“Mas Rocky!” katanya, saat membuka pintu rumah. Dilihatnya Rocky secara detail, dia memakai kaos singlet, celana tiga per empat dan topi yang kesemuanya itu berwarna putih, serta tidak ketinggalan kacamata hitam yang membuat penampilannya terlihat macho.

“Kau sudah siap Hara?” sapa Rocky dengan sangat lembut. “Kau begitu harum pagi ini!” lanjutnya.

“Kau mengejekku Mas!” balas Hara yang waktu itu dia masih menggunakan piyama dan celana street setengah betis pink nya.

“Oh…tidak. Aku serius!”

“Aku belum mandi, kau bilang harum!”

“Belum mandi aja kau begitu harum, apalagi bila sudah mandi dan memakai parfum!”

“Mau apa kau kemari, Mas Rocky?” sela Ben, terlihat kesal dan cemburu.

“Aku kesini ingin mengajak Hara pergi pagi ini, bukankah aku sudah berjanji padamu, Hara!” jawabnya tegas. “Sudahlah Hara, ayo…! Aku tidak punya banyak waktu untuk menunggumu!” katanya lagi sambil menarik tangan kiri Hara.

“Hai, tunggu! Dia belum mandi, belum makan, belum…BAB!” ungkap Ben, Agak kesal, tapi percuma Rocky sudah memasukkan Hara ke mobil yang belum pernah dilihat sebelumnya.

“Aku akan mengajaknya makan dan akan kusiapkan WC khusus untuknya!” jawab Rocky dan langsung menancap gas.

“Ya, karena mobilmu itu penyedot tinja…!” gumam Ben, kesal.

Di dalam mobil, Hara hanya duduk diam, seakan pasrah akan apa yang terjadi nanti.

“Pakai sabuk pengamanmu, aku tak mau berkunjung ke kantor polisi lagi!” seru Rocky agak tajam pandangannya kepada Hara. Hara hanya diam, dia tak mau melakukan apa yang dikatakan pemilik mobil BMW kap terbuka itu. Tanpa pikir panjang, Rocky meminggirkan mobilnya, lalu berhenti dan memasangkan sabuk pengaman pada Hara. Tak sengaja bibir mungil Hara menyentuh pipi kiri Rocky. Mukanya langsung memerah.

“Maaf, aku tak sengaja!” ungkapnya malu-malu. Rocky diam membisu, tapi kini pipinya tak lagi pucat seperti sebelumnya, agak memerah.

Hara malu dan menundukan kepalanya, sedangkan Rocky bersikap salah tingkah disepanjang perjalanan mereka. Tak lama kemudian mobil, berhenti tepat didepan sebuah restaurant cepat saji.

“Ayo turun!” kata Rocky.

“Untuk apa?”

“Kau belum makan, bukan? Begitupun aku!”

“Ehm…kalo boleh kita jangan makan di sini.”

“Baiklah, dimana?”

“Kau tidak tanya ‘mengapa’ Mas?”

“Untuk apa aku tanya ‘mengapa’!” jawabnya tegas. Mendengar jawaban Rocky, Hara hanya tersenyum dan menunjukan tempat yang tidak terlalu mewah.

Setelah beberapa menit, mereka sampai di tempat yang dituju dan langsung masuk ke tempat tersebut.

“Kenapa diam, Mas? Kau tidak suka tempat ini?” tanya Hara tajam.

“Tidak, aku…, tentu aku suka tempat ini!”

Merekapun makan apa yang dipesan Hara, makanan sederhana yang sebelumnya tidak pernah dimakan oleh Rocky, jelas, lidah dan perutnya tidak dapat menerima makanan itu. Tapi dia memakannya, meskipun dia harus menahan untuk tidak muntah dihadapan Hara.

“Separah itu kah makananya?” tanya Hara, yang saat itu Rocky terlihat menahan untuk tidak memuntahkan makananya.

“Ehm…tidak!” jawab Rocky sambil menggelangkan kepalanya. Dia menelan makananya dan…

“Waiters…!” seru Rocky kencang.

“Mba…!” seru Hara. Pelayan warung tegal itu datang menghampiri, “Ada apa, Mas…?”

“Dimana toiletnya?” kata Hara menyela.

“Oh…disana Mba!” jawab pelayan sambil menunjuk arah kepojok ruangan. Rocky yang terbiasa memakan makanan khas Eropa dan Amerika itupun langsung berlari kearah yang ditunjuk pelayan itu. Tak berapa lama kemudian, cowo yang terlihat gagah itu datang dan mukanya pucat pasi. Hara pun mengajaknya pulang.

“Sudah, Mas? Ayo kita pulang!”

“Ehm… ya, sudah! Baiklah kita pulang kalau kau memaksa, biar aku bayar dulu!” jawabnya sambil mengeluarkan kartu kredit dari dompetnya.

“Sudah, Mas…sudah ku bayar!” kata gadis yang bila dia tersenyum membuat setiap lelaki luluh padanya.

Akhirnya mereka pergi dari warung itu membawa kesan jera bagi Rocky dan kesan lucu bagi Hara.

Hara memandang Rocky dengan senyum simpulnya, sedang Rocky terlihat seperti orang sakit parah, mukanya pucat.

“Mana ada ‘kredit box’ di warteg!” kata Hara dalam hati.

“Ku kira selera Hara tinggi soal makanan, ternyata, wajah cantiknya tak secantik pilihannya memilih restaurant!” kata Rocky mengeluh dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar