Halaman

Selasa, 29 Desember 2009

Cinta, Sumber Energi Motivasi

Didorong oleh rasa cinta, seorang Ibu termotivasi untuk kuat mengandung sang calon anak selama 9 bulan 10 hari. Didasari rasa cinta, seorang laki-laki bahkan sanggup termotivasi mengorbankan nyawa untuk sang dewi kekasih hati. Dilandasi rasa cinta tanah air, seorang prajurit termotivasi pergi ke medan pertempuran mengusir musuh negara. Dipupuk oleh rasa cinta pula, seorang anak sangat termotivasi untuk menyelesaikan gelar sarjana guna membahagiakan kedua orang tuanya.

Nah, pertanyaan yang sama mari kita ajukan kepada karyawan dalam kaitan dengan perusahaan. Dengan dasar apakah ia selalu termotivasi kerja dan memiliki sense of belonging pada perusahaan? Cinta jugakah sumber energinya?
Hmmm Sense of belonging karyawan terhadap perusahaan sering dirasakan menjadi problem para manager/leader perusahaan. Problem ini muncul manakala karyawan sudah memperlihatkan tanda-tanda tidak mencintai lagi perusahaan. Kerja ya sekedar kerja. Listrik sudah waktunya dipadamkan, tidak jua dipadamkan. Sampah dan kotoran dibiarkan berserakan tidak pada tempatnya. Air dibiarkan mengucur deras di wastafel toilet perusahaan. Menggunakan kendaraan operasional perusahaan seenaknya tanpa care merawat atau menjaga saat menggunakannya. Mengisi waktu-waktu produktif kerja untuk hal lainnya. Datang dan pulang teng go. Kerja seadanya, semampunya, sebisanya, pas bandrol.


Paradigmanya adalah toh ini semua khan milik perusahaan, bukan kepunyaan saya, jadi mengapa saya musthi peduli dan merasa memiliki?
Gejala menurunnya sense of belonging ini mungkin akarnya sama yaitu mulai menurunnya rasa cinta. Apapun objeknya, saat cinta mulai pudar, luntur, terkikis, maka rasa memiliki, merawat, peduli, menjaga sebuah cinta tersebut juga ikut tervibrasi.

Cinta melahirkan care, attention, respect yang munculnya otomatis tanpa perlu perintah. Inside to outside. Cinta adalah sumber energi motivasi manusia untuk bergerak, action. Nah bagaimana menumbuhkan dan memekarkan kembali bunga-bunga cinta berujud sense of belonging yang dapat menjadi sumber energi motivasi tersebut?
Mari kita belajar kembali arti cinta itu sendiri. Mari kita kenang saat-saat cinta pertama kita “ dulu “ sedang mekar bersemi. Cukup bayangkan dan kenang saja cinta pertama tersebut (kalau di perusahaan, saat kita happy banget diterima kerja pertama kali dan refresh kembali komitmen awal kita di perusahaan ini).

Untuk mendapatkan cinta itu kembali di hati karyawan, mari organisasi perusahaan terus bagikan dan berikan “ pupuk-pupuk cinta “ itu ditebarkan di setiap taman-taman, ruangan-ruangan dan meja-meja kerja lingkungan perusahaan Anda. Pupuk-pupuk itu banyak macam dan jenisnya, saling perhatian, saling respect, saling mendengarkan keluhan, tak saling memaksakan kehendak, saling percaya, saling peduli kesulitan. Bukankah pupuk cinta tsb tak semata berujud uang?


Cinta yang adalah sumber energi motivasi itu pasti akan kembali bersemi, menghangatkan, menyejukkan setiap penghuni kantor Anda. Bukankah kehadiran cinta mewujud ke dalam senyuman, sapaan, kebahagiaan di sekitar Anda. Bila karyawan senantiasa mampu merasakan aliran-aliran cinta di lingkungan kerja, sense of belonging pasti dengan sendirinya tumbuh dengan akar kuat. Karena baginya perusahaan adalah hidupnya sendiri, perusahaan adalah tambatan cinta, tempat sumber cinta dan aliran cinta mewarnai hari-hari dalam hidupnya.
Cinta tidak menghadirkan kekeringan hubungan.
Kering pertanda kematian.
Tak ada kekeringan yang memberi kesuburan, bukan?

---------
Oleh :
Krisnawan Putra
www.krisnandira. com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar