Halaman

Sabtu, 23 Januari 2010

Renungan 2

Pendidikan yang sesungguhnya.
Pendidikan sejati adalah orientasi hati. Kecerdasan tidak bisa menjadi jaminan keberhasilan didalam pendidikan(tarbiyah).Betapa banyak orang mengeluh karena kenakalan seseorang yang cerdas. Ilmu yang memadai tidak bisa menjadi jaminan bahwa seseorang telah benar-benar mendapatkan tarbiyah.
Sebagian kaum yahudi yang 100% percaya bahwa Nabi Muhammad adalah nabi yang akan di utus di akhir zaman (karena berita itu telah termaktub didalam kitab suci mereka). Akan tetapi disasat tiba waktu kehadiran Nabi Muhammad SAW ditengah-tengah mereka tidak mudah bagi merka untuk menerimnya. Itu bukan karena mereka tidak tahu kalau beliau itu adalah Nabi yang merena nanti-nanti. Tetapi karena ada yang salah didalam tarbiyah maka ilmunyapun tidak membantu mereka untuk menginsafi keberadaan Nabi
Muhammagd SAW sebagai Nabi. Kesalahan tarbiyah tersebut menyebabkan kekosonga hatinya dari sifat insaf dan akhirnya datang penggantinya sifat takabbur dan dengki kepada Nabi Muhamad SAW.
Medan tarbiyah adalah didalam hati, dan karena tempatnya adalah hati sulit sekali untuk dideteksi penyakit-penyakitnya. Yang terlahir dari tindak-tanduk itu hanya pancaran dari apa yang ada di dalam hati. Tidak mudah bagi orang yang melihat pancaran itu untuk membedakan apakah itu pancaran yang sesungguhnya atau palsu.
Dua orang yang memakai baju yang sama , bisa saja yang satu berniat menutup aurat dan berdandan untuk bertemu dengan sahabat sementara yang satu lagi hanya untuk menuruti hatinya yang penuh kesombongan atau karena meniru model seorang terkenal dalam kemaksiatan.

Maka hakekat tarbiyah itu adalah membenarkan jalinan kita kepada Allah dan sesama manusia menuju esensi jalinan yang tertuang didalam kalbu. Pergeseran nilai secara perlahan sering terjadi didalam hati kita tanpa kita rasa namun tiba-tiba hati kita telah berubah dan subur oleh penyakit-penyakitnya. Seseorang yang merasa tawadhuk ternyata disaat itu ia telah tersungkur kedalam jurang ketakaburan. Yang merasa dirinya lebih baik dari orang lain adalah orang yang telah mengalami krisis nilai tarbiyah yang drastis.
Oleh sebab itu para pakar tarbiyah yang sejati dalam terapi pengobatan penyakit hati disamping menyuruh para siswanya untuk sering mendengar wejangan-wejangan keruhanian tetapi mereka juga melatih siswanya mujahadah dan riyadloh ( memerangi hawa nafsu). Bahkan tarbiyah dengan terapi seperti ini lebih mereka dahulukan daripada ilmu itu sendiri. Sebab ilmu yang tidak dibarengi dengan tarbiyah yang benar hanya akan menjadikan hati penyandangnya semakin kotor.
Kesadaran seseorang akan kelemahan dirinya adalah kunci keberhasilan dalam tarbiyah. Bahkan tidak bayak artinya sejuta petuah bagi orang yang tidak merasa dirinya perlu kepada petuah. Intropeksi dengan selalu mewaspadai tercemarnya hati dari penyakit-penyakitnya adalah upaya menghadirkan sifat-sifat terpuji. Orang yang menginginka tarbiyah akan selalu membuka hatinya untuk menerima apa saja yang menjadikan dirinya baik. Ia akan selalu melihat kebutuhan dirinya kepada resep-resep untuk menghilangkan penyakit-penyakit hati. Kesadaran yang ada dalam dirinya akan kebutuhanya terhadap resep itu adalah kunci keberhasilan. Ia tidak sibuk mencocok-cocokkan resep itu untuk orang lain. Menjadikan dirinya obyek utama yang dituju pesan-pesan moral adalah kesiagaan didalam menerima tarbiyah.
Wallahu a'lam bishshowab.


Arti Sebuah Harapan
Alangkah banyaknya pekerjakan yang telah kita kerjakan dari pagi hingga petang, dan kadang berlanjut hingga tengah malam, bahkan ada yang bersambung hingga pagi berikutnya. Akan tetapi, adakah itu semua telah dibarengi dengan sesuatu yang amat penting yang akan menjadikan semua aktivitas kita bermakna? Ia adalah niat, maksud dan tujuan. Ia adalah ruh dari semua amal perbuatan kita. Disitulah letak pandang dan penilaian Allah SWT.
Kemuliaan seseorang tergantung pada apa yang di kandung hatinya. Penarik becak, penjual bakso, seorang ustadz, pejabat dan  semuanya, sama-sama jelek di hadapan Allah SWT, jika yang terkandung di dalam hatinya adalah rencana busuk, niat yang jelek dan tujuan yang tidak baik. Begitu juga sebaliknya  mereka sama-sama mulia di hadapan Allah SWT, jika yang terkandung di dalam hatinya maksud yang mulia. Rasulullah SAW pernah bersabda, bahwa karena niat yang terkandung di hati ada pekerjaan terlihat dalam bentuk dunia akan tetapi dinilai oleh Allah SWT sebagai amal akhirat, ada amal yang terlihat sebagai amal akhirat akan tetapi, dinilai Allah SWT sebagai amal dunia yang buahnya tidak bisa di petik di akhirat.
Seseorang yang sedang mengerjakan shalat, berdakwah dan berinfaq mendapatkan nilai maksiat jika semua itu dilakukan tidak disertai niat baik yang tulus dalam mengabdi kepada Allah SWT. Akan tetapi bisa jadi bagi mereka yang  hanya berurusan dengan pasar, sawah dan perusahaan akan mendapatkn nilai jihad dan kemuliaan karena ketulusan hatinya dalam merindu ridho Allah SWT di penghujung harapannya.
Marilah kita insyafi makna ini agar aktivitas kita ada nilainya dihadapan Allah  SWT. Dan Sebelum kita pergi melaksanakan aktivitas, marilah menghadap kepada Allah SWT dengan air wudhu lalu sholat hajat dua rokaat, kemudia memohon kepada Allah SWT agar mempermudah urusan kita, lalu kita tutup dengan merenungi apa yang ada di hati kita.
Sudahkah kita berniat yang baik dan rindu ridho Allah SWT dalam aktivitas ini? Kemudian, senantiasa sertakan makna ini sepanjang kita beraktivitas. Jika kita benar-benar serius dan tulus dalam merenung ini sungguh sepanjang kita beraktivitas akan terjauh dari pelanggaran kepada Allah SWT. Sebab yang menuju Allah SWT akan senantiasa mengambil cara yang di ridhoi Allah SWT agar sampai kepada tujuan. Dan tujuan sebaik apaun jika cara yang kita ambil untuk sampai ke tujuan tidak baik, itu pertanda bahwa niat dan tujuan kita bukanlah yang baik.  Dan bagaimanapun juga  kita tidak akan sampai kepada tujuan yaitu ridho Allah SWT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar